Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Terlalu Singkat

Terlalu singkat

       Setelah mengendarai sepeda cukup lama akupun memutuskan untuk berhenti sejenak untuk beristirahat. Saat aku berhenti ak melihat sosok wanita cantik dan manis, aku tak tau siapa dia. Aku singgahmembeli segelas air untuk melepaskan dahaga yang melanda tenggorokanku.
       Setelah beristirahat cukup lama aku langsung mengayuh pedal sepeda untuk pulang kerumah. Sesampai dirumah kedua orang tuaku tidak ada dirumah. Karena badanku sudah bermandi keringat aku putuskan untuk mandi. Habis mandi aku langsung bergegas pergi kketaman dan berharap ketemu si dia, gadis cantik dan manis yang aku liat tadi. Tanpa kuduga ak bertemu gadis itu tanpa piker panjnag aku langsung menghampirinya.
                “Hai…”, kataku.
                “iya ada apa?, dengan menatap novel yang dibacanya.
                “aku boleh gak kenalan? Namaku raka”, sambil mengulurkan jemariku.
                “namaku Dinda”, katanya dengan senyum.
                “kamu tinggal dimana?”, kataku.
                “aku tinggal di sebelah kiri took bungan dekat gerbang kompleks. Aku baru pindah kemarin”.
                “Ooooo... kamu anak baru ya?”.
                “iya, kenapa?”.
                “tidak kenapa – kenapa kok”.
                “ayo aku temani jalan-jalan di taman ini”, tawarku.
                “oke, baiklah”, katanya dengan lembut
      Langkah demi langkah mengawali perkenalanku dengan Dinda. Kamu berjalan mengelilingi taman, dari pada hanya terdiam lebih baik aku memulai pembicaraan. Aku menanyakan banyak hal kepadanya. Dan kamu selalu menyelipkan canda saat berbincang-bincang.tidak terasa hari telah sore aku dan Dinda memutuskan untuk pulang kerumah. Sesampai dirumah Dinda kamu berhenti dan menyempatkan diri untuk bercanda sebentar.
Suara teriakkan ibunya yang memanggil membuat kami berdua kanget.
                “Dinda…Dinda..ayo cepat masuk, udah hamper malam!, teriak ibunya.
                “ya bu.. tunggu!, Raka aku duluan ya?”, katanya dengan senyuman.
                “iya…”, kataku dengan membalas senyumannya.
                “kamu juga cepetan pulang, nanti dicari sama ibu kamu”.
                “ok, aku pulang ya.. dadah..!, sambil berjalan dan melambaikan tangan.
Di perjalanan, aku senyum-senyum sendiri dan berkata “Baru kali ini aku bisa akrap sama cewe yang baru aku kenal, apalagi gadis seperti Dinda.
***
    Keeokan paginya aku bertemu dengan Dinda, ternyata aku 1 sekolahan dengan dia, kemarin aku lupa menanyakan dimana dia sekolah. Tanpa berfikir panjang aku berlalu menghampirinya.
“Din.. Dinda.. tunggu aku!”, kataku sambil berlari.
                “masih pagi kok udah keringatan ? ,usap keringatmu!” ,katanya sambil member sapu tangan.
                “iya nih, kamunya tuh.jalan cepat amat”.
                “iya maaf”. Katanya sambil tersenyum.
                “ayo buruan entar pintu gerbang di tutup”.
 Sesampai di sekolah aku langsung ke kelas dan ternyata Dinda juga sekalas dengan aku. Dia duduk di sampingku, karena Dino teman sebangku ku baru pindah sekolah dua hari yang lalu. Dinda naik dan memperkenalkan dirinya ke teman – teman kelasku.
                “hai perkenalkan namaku dinda adelia, pamggil saja ak Dinda. Aku baru pindah dari bandung       kemarin, semoga kita bisa menjadi teman akrab”.
                “oke..”, teriak semua temanku.
 Kini kami semakin dekat. Kami selalu bersama, kami duduk di depan kelas sambil bercerita tentang tugas sekolah.
“Tttteeeetttt….”, bunyi berl menandakan kamu akan melanjudkan pelajaran berikutnya, tapi guru yang mengajar tidak datang. Jadi akuu dan Dinda bersama teman-teman yang lain hanya bercerita tentang hal yang mengocok perut.
Tak lama kemudian , kami pun pulang. Di perjalanan pulang Dinda berteriak, “Auuuuhh sakit, Raka bantu aku berdiri!”  pintanya sambil meneteskan air mata.
                “sudah jangan nangis donk, pasti kamu akan sembuh kok”, kataku menyemangati.
                “iya raka , tapi kakiku sakit banget. Bantu aku berdiri napah!”. Pintanya.
                “sini biar aku gendong deh, gak apakan?”.
                “betul mau gendong aku? Aku berat loh!”. Katanya sambil tersenyum.
                “sakit – sakit gini masih aja bisa bercanda, sini naik cepat”.
                “hehehehe.. aku beratkan?”, tanyanya, sambil tertawa.
                “gak kok,,”. Katanya sambil tersenyum.
Sesampai di depan rumah Dinda, ibunya yang sedang mmbaca tabloid kanget satta melihat kedatanganku yang manggendong Dinda.
“Dinda , kamu gak apa-apakan nak?”.
“Gak apa-apa kok ma”, kata Dinda.
“kakinya terkilir tadi waktu jalan pulang Tante”, kataku
“terimakasih ya nak….”
“Raka tante!”, ucapku dengan maksud memperkenalkan diri.
“iya terimakasih ya nak Raka”, katanya sambil tersenyum.
“Dinda, tante, Raka pulang dulu ya?”, kataku.
“iya nak raka, kapan – kapan maen kerumah ya?”, kata ibu Dinda.
“Baik tante”, kataku sambil tersenyum.
***
     Keesekan paginya aku menunggu Dinda di depan rumahnya . saat melihat dia keluar dari rumah, dia sudah bisa berjalan dengan baik. Aku kamget dan benggong melihatnya.
“woy kamu kenapa benggong kayak gitu?”, tanyanya sambil penyubit pipiku.
“akh gak apa kok!, eh kok cepet amat sembuhnya ?”.
“iyaa nih semalem kakiku diurut, sakit banget rasanya!”.
“baguslahh, dari pada berjalan dengan pincang”, kataku sambil tersenyum.
Tak lama kemudia aku dan dinda sampai disekolahan pas dengan bunyi bel, aku dn dinda pun langsung bergegas ke kelas . kami berlari sambil tertawa dengan senangnya. Rasanya hal yang terindah bagiku. Sesampai di kelas kami duduk dan menunggu guru. Tak lama kemudian , guru yang mengajarpun datang.
Pukul 13.20 , Dinda mulai bosan dengan pelajaran ini …
“Raka, aku bosan , huft” katanya sambil menekuk wajahnya.
“Raka.!!!!!!!”.
“apa Dinda?, aku merasa tidak enak badan dinda, maaf ya”. Jawabku dengan tampang lemas.
“Raka kamu sakit ?”, tanya ku dengan nada kawatir.
“aku tidsak sakit kok”. Dengan nada pelan.
“kamu sakit, aku harus mengantar kamu pulang Raka.!”. ucap dinda
“pak, Raka sakit”, ucapnya kepada pak guru sambil mengacungkan tangannya.
“baiklah bawa Raka pulang, kamu mau menganterkannya Dinda?”, tanya pak guru.
“iya pak, saya bisa kok”, katanya.
Berhubung sudah hampir pulang Dinda memasukan barang – barangku ke dalam tas, lalu dia juga membereskan barang – barangnya. “ayo aku antar pulang” katanya .
Dinda meminta izin untuk mengantarku pulang. Sambil memegang jari jemariku dan sesekali memegang keninggku. Dinda selelalu bertanya dengan keadaanku. Tapi aku selalu menjawab “aku tidak apa – apa dinda, jangan kawatirkan aku”. Sesampainya dirumah aku langsung di bawa Dinda ke kamarku sembari ibu mengomel-ngomeliku.
“ini sebabnya makan tidak teratur”, ucap ibuku.
“sudah tante, rakanya kan lagi sakit”, pinta tamara kepada mamaku.
“biarlah nak, biar dia tau rasa”, kata mamaku.
“kalau begitu aku pulang dulu tante”.
“nama kamu siapa nak?”.
“nama saya Dinda, tante”.
“och, terimakasih ya nak Dinda udah mengantar anak tante pulang”.
“ iya sama – sama tante”. Katanya.
Aku melihat senyumman indah dari Dinda saat akan keluar dari kamarku. Dan saat Dinda kelur dari kamarku, aku mempunyai firasat buruk kepada Dinda. “Tapi yasudah lah mungkin itu hanya firasat ku saja, semoga tidak ada apa – apa dengan Dinda”.ucakku di dalam hati.
***
    Keesokan harinya aku mendapat telfon dan ternyata itu dari mamanya Dinda. Aku binggung ada angina pa yak ok mamanya Dinda menelfonku, apa yang terjadi dengan dinda?.
“hallo, apa benar ini nomor a raka?”. Tanya mama dinda.
“iya tante, maaf ada apa ya tante?”.
“em, Raka sebelumnya tante minta mavp ya karna baru ngabarin kamu sekarang”.
“ngabarin ? ngabarin apa tante?, aku pun binggung dan perasaanku semakin tidak enak.
“e e e Dinda kemarin sehabis mengantar kamu pulang dia kecelakaan, dan ….”
“dan apa tante ?, tanyaku dengan nada agak keras.
“dia kemarin sempet koma dan sekarang dia sudah berpulang Raka”, dengan suara lemas.
“berpulang ? maksud tante ?”. tanyaku.
“Dinda telah meninggal raka!”.
“tttttttuuuuuutttttttt”, tau _ tau telfon terputus.
Aku masih binggung kenapa Dinda pergi secepat itu, belum ada 1 tahun aku mengenal Dinda kenapa Dinda telah pergi meninggalkan ku. Belum sempat aku mengungkapkan perasaanku sama Dinda.
Aku terduduk di ranjang saambil memandangi foto dinda dan berkata “kenapa din kamu pergi secepat ini ? kenapa din ?”. aku terdiam dan mengingat saat aku sakit dia memberiku senyuman yang kuanggap indah itu dan menjadi senyuman terakhir darinya.


TAMAT


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS