Terlalu
singkat
Setelah
mengendarai sepeda cukup lama akupun memutuskan untuk berhenti sejenak untuk
beristirahat. Saat aku berhenti ak melihat sosok wanita cantik dan manis, aku
tak tau siapa dia. Aku singgahmembeli segelas air untuk melepaskan dahaga yang
melanda tenggorokanku.
Setelah
beristirahat cukup lama aku langsung mengayuh pedal sepeda untuk pulang
kerumah. Sesampai dirumah kedua orang tuaku tidak ada dirumah. Karena badanku
sudah bermandi keringat aku putuskan untuk mandi. Habis mandi aku langsung
bergegas pergi kketaman dan berharap ketemu si dia, gadis cantik dan manis yang
aku liat tadi. Tanpa kuduga ak bertemu gadis itu tanpa piker panjnag aku
langsung menghampirinya.
“Hai…”,
kataku.
“iya ada apa?, dengan menatap novel yang dibacanya.
“aku boleh gak kenalan? Namaku raka”, sambil mengulurkan jemariku.
“namaku Dinda”, katanya dengan senyum.
“kamu tinggal dimana?”, kataku.
“aku tinggal di sebelah kiri took bungan dekat gerbang kompleks. Aku baru pindah kemarin”.
“Ooooo... kamu anak baru ya?”.
“iya, kenapa?”.
“tidak kenapa – kenapa kok”.
“ayo aku temani jalan-jalan di taman ini”, tawarku.
“oke, baiklah”, katanya dengan lembut
“iya ada apa?, dengan menatap novel yang dibacanya.
“aku boleh gak kenalan? Namaku raka”, sambil mengulurkan jemariku.
“namaku Dinda”, katanya dengan senyum.
“kamu tinggal dimana?”, kataku.
“aku tinggal di sebelah kiri took bungan dekat gerbang kompleks. Aku baru pindah kemarin”.
“Ooooo... kamu anak baru ya?”.
“iya, kenapa?”.
“tidak kenapa – kenapa kok”.
“ayo aku temani jalan-jalan di taman ini”, tawarku.
“oke, baiklah”, katanya dengan lembut
Langkah demi
langkah mengawali perkenalanku dengan Dinda. Kamu berjalan mengelilingi taman,
dari pada hanya terdiam lebih baik aku memulai pembicaraan. Aku menanyakan
banyak hal kepadanya. Dan kamu selalu menyelipkan canda saat berbincang-bincang.tidak
terasa hari telah sore aku dan Dinda memutuskan untuk pulang kerumah. Sesampai
dirumah Dinda kamu berhenti dan menyempatkan diri untuk bercanda sebentar.
Suara teriakkan ibunya yang memanggil membuat kami berdua
kanget.
“Dinda…Dinda..ayo cepat masuk, udah hamper malam!, teriak ibunya.
“ya bu.. tunggu!, Raka aku duluan ya?”, katanya dengan senyuman.
“iya…”, kataku dengan membalas senyumannya.
“kamu juga cepetan pulang, nanti dicari sama ibu kamu”.
“ok, aku pulang ya.. dadah..!, sambil berjalan dan melambaikan tangan.
“Dinda…Dinda..ayo cepat masuk, udah hamper malam!, teriak ibunya.
“ya bu.. tunggu!, Raka aku duluan ya?”, katanya dengan senyuman.
“iya…”, kataku dengan membalas senyumannya.
“kamu juga cepetan pulang, nanti dicari sama ibu kamu”.
“ok, aku pulang ya.. dadah..!, sambil berjalan dan melambaikan tangan.
Di perjalanan, aku senyum-senyum sendiri dan berkata “Baru
kali ini aku bisa akrap sama cewe yang baru aku kenal, apalagi gadis seperti
Dinda.
***
Keeokan paginya
aku bertemu dengan Dinda, ternyata aku 1 sekolahan dengan dia, kemarin aku lupa
menanyakan dimana dia sekolah. Tanpa berfikir panjang aku berlalu
menghampirinya.
“Din.. Dinda.. tunggu aku!”, kataku
sambil berlari.
“masih pagi kok udah keringatan ? ,usap keringatmu!” ,katanya sambil member sapu tangan.
“iya nih, kamunya tuh.jalan cepat amat”.
“iya maaf”. Katanya sambil tersenyum.
“ayo buruan entar pintu gerbang di tutup”.
“masih pagi kok udah keringatan ? ,usap keringatmu!” ,katanya sambil member sapu tangan.
“iya nih, kamunya tuh.jalan cepat amat”.
“iya maaf”. Katanya sambil tersenyum.
“ayo buruan entar pintu gerbang di tutup”.
Sesampai di sekolah
aku langsung ke kelas dan ternyata Dinda juga sekalas dengan aku. Dia duduk di
sampingku, karena Dino teman sebangku ku baru pindah sekolah dua hari yang
lalu. Dinda naik dan memperkenalkan dirinya ke teman – teman kelasku.
“hai
perkenalkan namaku dinda adelia, pamggil saja ak Dinda. Aku baru pindah dari
bandung kemarin, semoga kita bisa
menjadi teman akrab”.
“oke..”, teriak semua temanku.
“oke..”, teriak semua temanku.
Kini kami semakin
dekat. Kami selalu bersama, kami duduk di depan kelas sambil bercerita tentang
tugas sekolah.
“Tttteeeetttt….”, bunyi berl menandakan kamu akan melanjudkan pelajaran berikutnya, tapi guru yang mengajar tidak datang. Jadi akuu dan Dinda bersama teman-teman yang lain hanya bercerita tentang hal yang mengocok perut.
“Tttteeeetttt….”, bunyi berl menandakan kamu akan melanjudkan pelajaran berikutnya, tapi guru yang mengajar tidak datang. Jadi akuu dan Dinda bersama teman-teman yang lain hanya bercerita tentang hal yang mengocok perut.
Tak lama kemudian , kami pun pulang. Di perjalanan pulang
Dinda berteriak, “Auuuuhh sakit, Raka bantu aku berdiri!” pintanya sambil meneteskan air mata.
“sudah
jangan nangis donk, pasti kamu akan sembuh kok”, kataku menyemangati.
“iya raka , tapi kakiku sakit banget. Bantu aku berdiri napah!”. Pintanya.
“sini biar aku gendong deh, gak apakan?”.
“betul mau gendong aku? Aku berat loh!”. Katanya sambil tersenyum.
“sakit – sakit gini masih aja bisa bercanda, sini naik cepat”.
“hehehehe.. aku beratkan?”, tanyanya, sambil tertawa.
“gak kok,,”. Katanya sambil tersenyum.
“iya raka , tapi kakiku sakit banget. Bantu aku berdiri napah!”. Pintanya.
“sini biar aku gendong deh, gak apakan?”.
“betul mau gendong aku? Aku berat loh!”. Katanya sambil tersenyum.
“sakit – sakit gini masih aja bisa bercanda, sini naik cepat”.
“hehehehe.. aku beratkan?”, tanyanya, sambil tertawa.
“gak kok,,”. Katanya sambil tersenyum.
Sesampai di depan rumah Dinda, ibunya yang sedang mmbaca
tabloid kanget satta melihat kedatanganku yang manggendong Dinda.
“Dinda , kamu gak apa-apakan
nak?”.
“Gak apa-apa kok ma”, kata Dinda.
“kakinya terkilir tadi waktu jalan pulang Tante”, kataku
“terimakasih ya nak….”
“Raka tante!”, ucapku dengan maksud memperkenalkan diri.
“iya terimakasih ya nak Raka”, katanya sambil tersenyum.
“Dinda, tante, Raka pulang dulu ya?”, kataku.
“iya nak raka, kapan – kapan maen kerumah ya?”, kata ibu Dinda.
“Baik tante”, kataku sambil tersenyum.
“Gak apa-apa kok ma”, kata Dinda.
“kakinya terkilir tadi waktu jalan pulang Tante”, kataku
“terimakasih ya nak….”
“Raka tante!”, ucapku dengan maksud memperkenalkan diri.
“iya terimakasih ya nak Raka”, katanya sambil tersenyum.
“Dinda, tante, Raka pulang dulu ya?”, kataku.
“iya nak raka, kapan – kapan maen kerumah ya?”, kata ibu Dinda.
“Baik tante”, kataku sambil tersenyum.
***
Keesekan paginya
aku menunggu Dinda di depan rumahnya . saat melihat dia keluar dari rumah, dia
sudah bisa berjalan dengan baik. Aku kamget dan benggong melihatnya.
“woy kamu kenapa benggong kayak
gitu?”, tanyanya sambil penyubit pipiku.
“akh gak apa kok!, eh kok cepet amat sembuhnya ?”.
“iyaa nih semalem kakiku diurut, sakit banget rasanya!”.
“baguslahh, dari pada berjalan dengan pincang”, kataku sambil tersenyum.
“akh gak apa kok!, eh kok cepet amat sembuhnya ?”.
“iyaa nih semalem kakiku diurut, sakit banget rasanya!”.
“baguslahh, dari pada berjalan dengan pincang”, kataku sambil tersenyum.
Tak lama kemudia aku dan dinda sampai disekolahan pas dengan
bunyi bel, aku dn dinda pun langsung bergegas ke kelas . kami berlari sambil tertawa
dengan senangnya. Rasanya hal yang terindah bagiku. Sesampai di kelas kami
duduk dan menunggu guru. Tak lama kemudian , guru yang mengajarpun datang.
Pukul 13.20 , Dinda mulai bosan dengan pelajaran ini …
“Raka, aku bosan , huft” katanya
sambil menekuk wajahnya.
“Raka.!!!!!!!”.
“apa Dinda?, aku merasa tidak enak badan dinda, maaf ya”. Jawabku dengan tampang lemas.
“Raka kamu sakit ?”, tanya ku dengan nada kawatir.
“aku tidsak sakit kok”. Dengan nada pelan.
“kamu sakit, aku harus mengantar kamu pulang Raka.!”. ucap dinda
“pak, Raka sakit”, ucapnya kepada pak guru sambil mengacungkan tangannya.
“baiklah bawa Raka pulang, kamu mau menganterkannya Dinda?”, tanya pak guru.
“iya pak, saya bisa kok”, katanya.
“Raka.!!!!!!!”.
“apa Dinda?, aku merasa tidak enak badan dinda, maaf ya”. Jawabku dengan tampang lemas.
“Raka kamu sakit ?”, tanya ku dengan nada kawatir.
“aku tidsak sakit kok”. Dengan nada pelan.
“kamu sakit, aku harus mengantar kamu pulang Raka.!”. ucap dinda
“pak, Raka sakit”, ucapnya kepada pak guru sambil mengacungkan tangannya.
“baiklah bawa Raka pulang, kamu mau menganterkannya Dinda?”, tanya pak guru.
“iya pak, saya bisa kok”, katanya.
Berhubung sudah hampir pulang Dinda memasukan barang –
barangku ke dalam tas, lalu dia juga membereskan barang – barangnya. “ayo aku
antar pulang” katanya .
Dinda meminta izin untuk mengantarku pulang. Sambil memegang
jari jemariku dan sesekali memegang keninggku. Dinda selelalu bertanya dengan
keadaanku. Tapi aku selalu menjawab “aku tidak apa – apa dinda, jangan
kawatirkan aku”. Sesampainya dirumah aku langsung di bawa Dinda ke kamarku
sembari ibu mengomel-ngomeliku.
“ini sebabnya makan tidak teratur”,
ucap ibuku.
“sudah tante, rakanya kan lagi sakit”, pinta tamara kepada mamaku.
“biarlah nak, biar dia tau rasa”, kata mamaku.
“kalau begitu aku pulang dulu tante”.
“nama kamu siapa nak?”.
“nama saya Dinda, tante”.
“och, terimakasih ya nak Dinda udah mengantar anak tante pulang”.
“ iya sama – sama tante”. Katanya.
“sudah tante, rakanya kan lagi sakit”, pinta tamara kepada mamaku.
“biarlah nak, biar dia tau rasa”, kata mamaku.
“kalau begitu aku pulang dulu tante”.
“nama kamu siapa nak?”.
“nama saya Dinda, tante”.
“och, terimakasih ya nak Dinda udah mengantar anak tante pulang”.
“ iya sama – sama tante”. Katanya.
Aku melihat senyumman indah dari Dinda saat akan keluar dari
kamarku. Dan saat Dinda kelur dari kamarku, aku mempunyai firasat buruk kepada
Dinda. “Tapi yasudah lah mungkin itu hanya firasat ku saja, semoga tidak ada
apa – apa dengan Dinda”.ucakku di dalam hati.
***
Keesokan harinya
aku mendapat telfon dan ternyata itu dari mamanya Dinda. Aku binggung ada
angina pa yak ok mamanya Dinda menelfonku, apa yang terjadi dengan dinda?.
“hallo, apa benar ini nomor a
raka?”. Tanya mama dinda.
“iya tante, maaf ada apa ya tante?”.
“em, Raka sebelumnya tante minta mavp ya karna baru ngabarin kamu sekarang”.
“ngabarin ? ngabarin apa tante?, aku pun binggung dan perasaanku semakin tidak enak.
“e e e Dinda kemarin sehabis mengantar kamu pulang dia kecelakaan, dan ….”
“dan apa tante ?, tanyaku dengan nada agak keras.
“dia kemarin sempet koma dan sekarang dia sudah berpulang Raka”, dengan suara lemas.
“berpulang ? maksud tante ?”. tanyaku.
“Dinda telah meninggal raka!”.
“tttttttuuuuuutttttttt”, tau _ tau telfon terputus.
“iya tante, maaf ada apa ya tante?”.
“em, Raka sebelumnya tante minta mavp ya karna baru ngabarin kamu sekarang”.
“ngabarin ? ngabarin apa tante?, aku pun binggung dan perasaanku semakin tidak enak.
“e e e Dinda kemarin sehabis mengantar kamu pulang dia kecelakaan, dan ….”
“dan apa tante ?, tanyaku dengan nada agak keras.
“dia kemarin sempet koma dan sekarang dia sudah berpulang Raka”, dengan suara lemas.
“berpulang ? maksud tante ?”. tanyaku.
“Dinda telah meninggal raka!”.
“tttttttuuuuuutttttttt”, tau _ tau telfon terputus.
Aku masih binggung kenapa Dinda pergi secepat itu, belum ada
1 tahun aku mengenal Dinda kenapa Dinda telah pergi meninggalkan ku. Belum
sempat aku mengungkapkan perasaanku sama Dinda.
Aku terduduk di ranjang saambil memandangi foto dinda dan berkata “kenapa din kamu pergi secepat ini ? kenapa din ?”. aku terdiam dan mengingat saat aku sakit dia memberiku senyuman yang kuanggap indah itu dan menjadi senyuman terakhir darinya.
Aku terduduk di ranjang saambil memandangi foto dinda dan berkata “kenapa din kamu pergi secepat ini ? kenapa din ?”. aku terdiam dan mengingat saat aku sakit dia memberiku senyuman yang kuanggap indah itu dan menjadi senyuman terakhir darinya.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar